Diakonia berasal dari bahasa Yunani: Diakonein, yang berarti melayani. Umumnya diakonia diartikan sebagai melayani meja makan. Dalam Perjanjian Baru Kata ini dipakai sebanyak seratus kali dalam berbagai bentuk. Umumnya diartikan sebagai Pelayanan Kristus atau Pelayanan Jemaat (Kolose 1:7). Namun makna yang paling penting ialah pelayanan Kristus bagi umat-Nya (Markus 10:45) dengan memberikan nyawa-Nya. Karena itu semua pelayan Jemaat pada mulanya disebut sebagai Diakonos.
Tetapi kemudian hari, dari istilah inilah timbul kata Diaken. Yang dipakai oleh Gereja sebagai sebutan kepada sekelompok pelayan yang bertugas melayani jemaat di luar hal-hal yang berkaitan dengan Liturgi (Kebaktian). Mereka memperhatikan kehidupan orang-orang yang berada dalam kesusahan terutama pada janda dan yatim piatu. Justru oleh karena pelayanan para Diaken kepada orang-orang susah inilah nampak keindahan persekutuan jemaat mula-mula. Dari sana nampak jelas bahwa pemberitaan Firman itu tidak terpisahkan dari pelayanan (Diakonia) dan juga persekutuan jemaat (Koinonia). Dalam perkembangan masa kini, pemahaman tentang makna Diakonia telah semakin berkembang.
Masih Perlukah Diakonia pada masa kini? Mengapa ?
Diakonia bukanlah aturan yang sifatnya sementara, tetapi aturan ini sekaligus merupakan perintah dari Tuhan yang sifatnya tetap untuk seterusnya sepanjang zaman sebelum kesudahan segala masa. Karena Yesus Kristus sendiri pernah mengatakan dalam Matius 26:11, "Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu." Dan pada kenyataannya, sampai saat ini kemiskinan tetap ada di dunia. Di seluruh dunia, angka kemiskinan dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan. Sebagai orang percaya kita perlu memperhatikan dengan seksama perintah-perintah Tuhan menyangkut orang-orang miskin dan yang membutuhkan pertolongan. Kisah pengemis Lazarus dan Orang Kaya yang kikir dalam Lukas 16:19-31 memberikan pengertian kepada kita bahwa Tuhan menghendaki kita berbelas kasihan kepada orang-orang miskin dan berlaku baik kepada mereka dengan cara menolong mereka. Hukum yang pertama dan yang terutama adalah Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:38-39).
Orang yang menyebut dirinya mengasihi Tuhan haruslah menunjukkan juga bahwa dirinya mengasihi sesamanya manusia. Tidak melakukan pelayanan diakonia sama halnya dengan melalaikan Firman Allah (Kisah Para Rasul 6:2).
Siapa Saja Yang Memerlukan Diakonia?
Dalam jemaat mula-mula pelayanan diakonia yang dilakukan oleh para diaken banyak ditujukan kepada kelompok jemaat yang berkekurangan seperti janda-janda. Namun pemahaman diakonia saat ini telah berkembang dan segmentasinya menjadi lebih luas. Diakonia saat ini dapat diberikan kepada janda-janda, orang-orang miskin, orang yang sedang sakit dan membutuhkan pertolongan dalam hal biaya pengobatan, dan yang terkena musibah bahkan orang-orang yang berada dalam penjara. Diakonia bukan hanya ditujukan kepada sesama anggota jemaat tetapi juga kepada umat kepercayaan lain, bahkan sampai kepada seluruh ciptaan.
Siapa Yang Harus Melayani Diakonia?
Perintah Tuhan Yesus sebenarnya ditujukan kepada semua orang. Gereja maupun jemaat harus melakukan pelayanan diakonia ini. Dalam Kisah Para Rasul 6 diceritakan bahwa Rasul-rasul ingin fokus dalam pelayanan Firman Allah, namun rasul-rasul tetap melakukan pelayanan diakonia ini dengan cara mendelegasikannya kepada para diaken yang ditunjuk. Setiap anggota jemaat juga harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pelayanan diakonia. Karena banyak sekali orang-orang yang membutuhkan pertolongan di sekitar kita. Banyak orang yang perlu kita bantu bersama-sama agar taraf hidup mereka dapat meningkat. Diakonia bukan lagi hanya tugas para Diaken, melainkan tugas seluruh warga jemaat karena diakonia adalah tugas Gereja secara menyeluruh selaku tubuh Kristus.
Jenis-Jenis Diakonia
Ada tiga jenis diakonia yang bisa dilakukan yaitu :
1. Diakonia Karitatif
Karitatif berasal dari kata Charity (Inggris) yang berarti belas kasihan. Diakonia jenis ini memberikan pelayanan yang cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu, yang terkena penyakit, kemalangan atau terkena bencana. Pelayanan jenis ini tidak bertujuan untuk membawa yang dilayaninya kepada suatu perubahan drastis, melainkan hanya sekedar meringankan penderitaan mereka yang dilayani. Misalnya: memberi bantuan sembako pada orang miskin, menjenguk dan meringankan biaya orang sakit, melayat dan membantu finansial orang kemalangan atau yang kena bencana.
2. Diakonia Reformatif
Reformasi berarti merubah ke arah yang lebih baik. Pelayanan jenis ini berusaha meningkatkan kehidupan atau kondisi yang dilayani, misalnya melalui penyuluhan atau pemberian bantuan modal kerja. Hal ini biasa dianalogikan dengan memberikan pancing serta keterampilan memancing kepada orang kelaparan. Bukan memberikan ikan, karena setelah ikan itu habis maka ikan yang baru harus diberi lagi.
3. Diakonia Transformatif
Transform artinya merubah bentuk atau susunan menjadi yang berbeda atau lain. Diakonia jenis ini berusaha melakukan perubahan yang mutlak, bukan sekedar mengusahakan peningkatan pada yang dilayani. Diakonia reformatif misalnya berusaha memampukan petani meningkatkan produksi pertaniannya dari satu ton setiap tahun menjadi dua atau tiga ton dengan memperkenalkan teknologi yang lebih baik dan juga memberi modal yang diperlukan. Timbulnya usaha mengembangkan usaha Diakonia Transformatif ini adalah berdasarkan kenyataan bahwa baik Diakonia Karitatif maupun Reformatif kedua-duanya seringkali tidak dapat membantu masyarakat yang dilayani dalam memecahkan permasalahan mereka. Diakonia jenis Transformatif berusaha memampukan manusia untuk dapat menentukan hidupnya sendiri lepas dari ketergantungan kepada orang lain.
Setiap orang percaya yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, harus menyatakan kasihnya kepada manusia. Setiap orang dapat melakukan pelayanan ini. Tidak menjadi masalah seberapa besar atau apa yang dapat kita berikan untuk pelayanan diakonia ini. Namun yang terpenting adalah kasih dan kepedulian kita kepada sesama manusia ciptaan Tuhan.
Rabu, 28 Januari 2009
Selasa, 27 Januari 2009
Sudahkah Kita Hidup Dalam Berkat Allah?
Berkat seringkali dihubungkan dengan kekayaan secara materi yaitu kepemilikan akan harta berupa barang dan uang yang melimpah. Semakin banyak harta seseorang maka biasanya orang itu disebut sebagai orang yang diberkati.Tapi sudah tahukah kita bahwa Allah menyediakan suatu berkat yang jauh lebih besar daripada kekayaan duniawi? Apakah berkat itu? Tuhan Yesus mengumpamakan berkat itu sebagai harta terpendam di ladang yang ditemukan seseorang, oleh sebab sukacitanya lalu dia menjual segala miliknya dan membeli ladang itu. Apakah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dengan ‘harta terpendam” itu?
Harta terpendam itu adalah kerajaan sorga. Memiliki Kerajaan Sorga berarti memiliki keselamatan dan kehidupan kekal. Inilah berkat yang sejati. Tidak ada yang dapat melebihi nilai dari berkat ini.
Sudahkah Anda memiliki berkat yang sejati dan hidup di dalam-Nya?
Orang Biasa Yang Luar Biasa
“Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini.” (Nehemia 1:11)
Nehemia adalah seorang dari bangsa Israel yang diangkut ke pembuangan di Persia. Dalam pembuangannya, ia dijadikan seorang juru minuman bagi raja Artahsasta. Ketika itulah dia mendapatkan visi dari Allah untuk menjadi alat-Nya, untuk memulihkan Yerusalem dan orang-orang Israel. Ketika itu tembok-tembok sekeliling Yerusalem telah hancur dan banyak orang Israel yang berada dalam keadaan sangat miskin. Nehemia memiliki beban untuk memulihkan keadaan itu dan dia berhasil.
Apa yang menarik dari kisah Nehemia? Ada sedikitnya 2 hal yang dapat kita pelajari, yakni:
1. Tuhan memakai orang biasa untuk melakukan perkara luar biasa
Dibandingkan dengan Nehemia, ada banyak orang lain di Yerusalem yang status sosial dan kedudukannya di masyarakat serta kekayaannya jauh melebihi Nehemia. Secara logika merekalah yang mampu untuk melakukan pemulihan itu, tetapi ternyata Tuhan memilih Nehemia dan kalau Tuhan sudah memilih maka Tuhan pasti akan menyertai dan membuka jalan.
2. Setia kepada panggilan Allah
Nehemia tidak menjadi kecil hati ketika dia harus berhadapan dengan ‘gunung-gunung’ persoalan. Dia terus maju dan setia kepada Tuhan dan panggilanNya meskipun tantangan berat menghadang.
Saudaraku, Percayalah bahwa bersama Tuhan, kita dapat melakukan perkara yang besar, karena itu setialah selalu kepada panggilan Allah dalam hidup kita. Amin.
-BKT-
Nehemia adalah seorang dari bangsa Israel yang diangkut ke pembuangan di Persia. Dalam pembuangannya, ia dijadikan seorang juru minuman bagi raja Artahsasta. Ketika itulah dia mendapatkan visi dari Allah untuk menjadi alat-Nya, untuk memulihkan Yerusalem dan orang-orang Israel. Ketika itu tembok-tembok sekeliling Yerusalem telah hancur dan banyak orang Israel yang berada dalam keadaan sangat miskin. Nehemia memiliki beban untuk memulihkan keadaan itu dan dia berhasil.
Apa yang menarik dari kisah Nehemia? Ada sedikitnya 2 hal yang dapat kita pelajari, yakni:
1. Tuhan memakai orang biasa untuk melakukan perkara luar biasa
Dibandingkan dengan Nehemia, ada banyak orang lain di Yerusalem yang status sosial dan kedudukannya di masyarakat serta kekayaannya jauh melebihi Nehemia. Secara logika merekalah yang mampu untuk melakukan pemulihan itu, tetapi ternyata Tuhan memilih Nehemia dan kalau Tuhan sudah memilih maka Tuhan pasti akan menyertai dan membuka jalan.
2. Setia kepada panggilan Allah
Nehemia tidak menjadi kecil hati ketika dia harus berhadapan dengan ‘gunung-gunung’ persoalan. Dia terus maju dan setia kepada Tuhan dan panggilanNya meskipun tantangan berat menghadang.
Saudaraku, Percayalah bahwa bersama Tuhan, kita dapat melakukan perkara yang besar, karena itu setialah selalu kepada panggilan Allah dalam hidup kita. Amin.
-BKT-
Mengelola Waktu
Pernahkah anda berharap ada 30 jam dalam satu hari? Waktu ekstra itu tampaknya akan mengurangi tekanan dalam hidup kita. Hidup kita memiliki banyak tugas yang tidak terselesaikan. Namun apakah hari yang lebih panjang akan menyelesaikan masalah kita? Bukankah kita akan sama frustasinya seperti saat ini ketika satu hari adalah 24 jam?
Anak-anak bertumbuh dan menyita waktu kita lebih banyak. Pengalaman yang lebih banyak di pekerjaan dan gereja akan memberi kita tugas yang lebih banyak. Akhirnya kita mendapati diri kita bekerja lebih keras, tetapi tidak menikmatinya.
TIDAK seperti uang, waktu diberikan kepada kita dalam jumlah yang sama. Setiap orang memiliki waktu yang sama – dua puluh empat jam dalam sehari. Namun, kita memakai waktu kita dengan cara yang berbeda-beda, dan hasilnya pun sangat berbeda! Ini terjadi karena kita memiliki bakat, energi, dan kesempatan yang berbeda-beda. Namun, bagaimana kita memakai waktu, tergantung dari tujuan kita. Kita memakai waktu sesuai dengan apa yang kita anggap penting.
Dalam beberapa perumpamaan, Yesus menggambarkan hidup sebagai sebuah penatalayanan. Dia bercerita tentang penatalayanan yang baik dan buruk menurut cara mereka mengelola kekayaan pribadi mereka. Yesus berkata, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, akan banyak dituntut dari dirinya, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, akan lebih banyak lagi dituntut dari dirinya.” (Lukas 12:48). Paulus menulis,”Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah bahwa mereka ternyata dapat dipercayai” (1 Kor. 4:2). Dan Petrus memerintahkan,”Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengelola yang baik dari anugerah Allah” (1 Pet. 4:10).
Banyak dari kita memakai uang dengan cara yang tidak hati-hati, sama tidak hati-hatinya dalam memanfaatkan waktu. Kita menghabiskan waktu untuk mengisi kesempatan atau tuntutan yang tak terencana. Kemudian kita mengeluh kekurangan waktu, dan beberapa tugas penting tak terselesaikan. Bagaimana mengatasinya?
Ada 4 langkah praktis yang dapat membuat kita lebih produktif dalam menggunakan waktu yaitu:
1. Tentukanlah Apa yang Penting (Tentukan Prioritas Anda)
2. Lihatlah kembali Bagaimana Anda menggunakan Waktu
3. Susunlah Jadwal
4. Ikutilah Jadwal Anda
Menanti Allah dalam doa sangatlah penting agar pelayanan anda berhasil. Dalam doa, kita mempelajari kebenaran tentang Allah, diri sendiri dan tugas yang diberikan Allah. Kebutuhan itu sendiri, bagaimanapun pentingnya, bukanlah panggilan kita. Panggilan haruslah berasal dari Tuhan yang mengenali keterbatasan kita. “TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:13,14).
Di akhir hidup kita, baik itu panjang maupun pendek, apa yang dapat memberi sukacita lebih besar selain keyakinan bahwa kita telah melakukan pekerjaan ALLAH? Hingga akhirnya kita dapat mendengar Tuhan berkata, ”Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.” (Matius 25:21).
Disadur dari Charles E. Hummel
Anak-anak bertumbuh dan menyita waktu kita lebih banyak. Pengalaman yang lebih banyak di pekerjaan dan gereja akan memberi kita tugas yang lebih banyak. Akhirnya kita mendapati diri kita bekerja lebih keras, tetapi tidak menikmatinya.
TIDAK seperti uang, waktu diberikan kepada kita dalam jumlah yang sama. Setiap orang memiliki waktu yang sama – dua puluh empat jam dalam sehari. Namun, kita memakai waktu kita dengan cara yang berbeda-beda, dan hasilnya pun sangat berbeda! Ini terjadi karena kita memiliki bakat, energi, dan kesempatan yang berbeda-beda. Namun, bagaimana kita memakai waktu, tergantung dari tujuan kita. Kita memakai waktu sesuai dengan apa yang kita anggap penting.
Dalam beberapa perumpamaan, Yesus menggambarkan hidup sebagai sebuah penatalayanan. Dia bercerita tentang penatalayanan yang baik dan buruk menurut cara mereka mengelola kekayaan pribadi mereka. Yesus berkata, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, akan banyak dituntut dari dirinya, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, akan lebih banyak lagi dituntut dari dirinya.” (Lukas 12:48). Paulus menulis,”Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah bahwa mereka ternyata dapat dipercayai” (1 Kor. 4:2). Dan Petrus memerintahkan,”Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengelola yang baik dari anugerah Allah” (1 Pet. 4:10).
Banyak dari kita memakai uang dengan cara yang tidak hati-hati, sama tidak hati-hatinya dalam memanfaatkan waktu. Kita menghabiskan waktu untuk mengisi kesempatan atau tuntutan yang tak terencana. Kemudian kita mengeluh kekurangan waktu, dan beberapa tugas penting tak terselesaikan. Bagaimana mengatasinya?
Ada 4 langkah praktis yang dapat membuat kita lebih produktif dalam menggunakan waktu yaitu:
1. Tentukanlah Apa yang Penting (Tentukan Prioritas Anda)
2. Lihatlah kembali Bagaimana Anda menggunakan Waktu
3. Susunlah Jadwal
4. Ikutilah Jadwal Anda
Menanti Allah dalam doa sangatlah penting agar pelayanan anda berhasil. Dalam doa, kita mempelajari kebenaran tentang Allah, diri sendiri dan tugas yang diberikan Allah. Kebutuhan itu sendiri, bagaimanapun pentingnya, bukanlah panggilan kita. Panggilan haruslah berasal dari Tuhan yang mengenali keterbatasan kita. “TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:13,14).
Di akhir hidup kita, baik itu panjang maupun pendek, apa yang dapat memberi sukacita lebih besar selain keyakinan bahwa kita telah melakukan pekerjaan ALLAH? Hingga akhirnya kita dapat mendengar Tuhan berkata, ”Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.” (Matius 25:21).
Disadur dari Charles E. Hummel
Kamis, 08 Januari 2009
Jangan Menyerah!
"Orang yang rajin akan memperoleh bagian yang dikerjakannya. Orang yang malas dekat dengan kemiskinan."
Namanya adalah Bpk. Marbun, seorang yang sudah seringkali mengalami pahitnya kehidupan. Profesi Bpk. Marbun sekarang ini adalah pengusaha tambal ban. Kenapa saya sebut pengusaha? Karena dia punya 7 cabang tambal ban (wow... tambal ban aja ada cabangnya sampai tujuh lagi) dan jasa yang dia berikan bukan hanya tambal ban, tapi juga ganti oli (inilah inovasi dari seorang tukang tambal ban).
Pak Marbun punya prinsip bahwa dia tidak perlu malu dalam menjalani pekerjaannya, meskipun orang-orang memandang rendah tapi dia akan tetap bekerja selama pekerjaannya itu halal. Beliau yakin bahwa Tuhan senang dengan orang-orang yang mau bekerja dan tidak malas-malasan.
Bersama dengan istrinya yang bernama Rohani, Pak Marbun merintis dari usaha tambal ban kecil-kecilan. Dulu, mereka sering mengalami pengusiran akibat warga setempat tidak menyetujui keberadaan mereka, namun mereka terus menggeluti usaha ini meskipun harus berpindah-pindah. Sekarang ini usaha mereka sudah cukup baik dan mereka bersyukur kepadaTuhan karena semuanya yang telah mereka alami dan terima dari Tuhan. Pak Marbun dan istrinya dikaruniai empat orang anak. Dari hasil usaha mereka, mereka dapat membeli kendaraan dan rumah tinggal di salah satu perumahan di kawasan Rancaekek Bandung. Pak Marbun dan Ibu Rohani adalah anak-anak Tuhan yang setia dalam pelayanan dan pekerjaan Tuhan. Anjuran mereka :"Jangan menyerah! Tuhan ada bersama-sama dengan kita dan Dia senantiasa menolong kita."
Orang ketiga yang ingin saya perkenalkan kepada saudara adalah Bpk. Matali, seorang tunanetra yang mata pencahariannya adalah sebagai tukang pijat. Walaupun dia buta, namun dia bisa bersyukur kepada Tuhan atas kondisinya dan giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Istri dan ketiga anak yang dikaruniakan Tuhan kepadanya semuanya normal secara fisik dan rohani. Saat ini mereka tinggal di komplek Riung Permai Bandung. Kekuatan dan keteguhannya menjalani kehidupan merupakan pelajaran bagi kita supaya kita tetap bersyukur dan melakukan tugas yang diberikan Tuhan kepada kita dengan setia.
Billy Krisma Tambahani
"Ora et Labora" : Berdoalah kepada Tuhan dan lakukanlah bagian yang harus kita kerjakan.
Menghadapi tantangan hidup dewasa ini khususnya dalam hal mata pencaharian seringkali membuat orang mengalami stress mulai dari yang ringan-ringan sampai depresi. Ada penganggur yang menjadi gila, ada pula pengusaha yang bunuh diri karena pusing memikirkan hutang yang tak terbayar.
Sobat, janganlah engkau terlalu pusing dengan masalahmu. Yesus berkata, "Jangan kuatir akan hidupmu." Betapapun besarnya masalah yang kita hadapi, percayalah bahwa selalu ada jalan keluar. Yang pertama yang harus kita lakukan adalah mengatasi diri sendiri terlebih dulu, dalam hal kekuatiran. So, jangan kuatir meskipun tidak punya pekerjaan atau penghasilan, jangan kuatir bila pendapatanmu tidak cukup, dan jangan gelisah ketika hutang-hutangmu tidak bisa engkau bayarkan. Datanglah kepada Tuhan dan berdoalah minta hikmat dan pertolonganNya.
Ada tiga orang sederhana yang saya kenal, yang tidak pernah menyerah dalam menjalani kehidupan yang keras ini. Saya ingin memperkenalkan mereka kepada saudara-saudara semua, dan inilah mereka.
Namanya adalah Bpk. Marbun, seorang yang sudah seringkali mengalami pahitnya kehidupan. Profesi Bpk. Marbun sekarang ini adalah pengusaha tambal ban. Kenapa saya sebut pengusaha? Karena dia punya 7 cabang tambal ban (wow... tambal ban aja ada cabangnya sampai tujuh lagi) dan jasa yang dia berikan bukan hanya tambal ban, tapi juga ganti oli (inilah inovasi dari seorang tukang tambal ban).Pak Marbun punya prinsip bahwa dia tidak perlu malu dalam menjalani pekerjaannya, meskipun orang-orang memandang rendah tapi dia akan tetap bekerja selama pekerjaannya itu halal. Beliau yakin bahwa Tuhan senang dengan orang-orang yang mau bekerja dan tidak malas-malasan.
Bersama dengan istrinya yang bernama Rohani, Pak Marbun merintis dari usaha tambal ban kecil-kecilan. Dulu, mereka sering mengalami pengusiran akibat warga setempat tidak menyetujui keberadaan mereka, namun mereka terus menggeluti usaha ini meskipun harus berpindah-pindah. Sekarang ini usaha mereka sudah cukup baik dan mereka bersyukur kepadaTuhan karena semuanya yang telah mereka alami dan terima dari Tuhan. Pak Marbun dan istrinya dikaruniai empat orang anak. Dari hasil usaha mereka, mereka dapat membeli kendaraan dan rumah tinggal di salah satu perumahan di kawasan Rancaekek Bandung. Pak Marbun dan Ibu Rohani adalah anak-anak Tuhan yang setia dalam pelayanan dan pekerjaan Tuhan. Anjuran mereka :"Jangan menyerah! Tuhan ada bersama-sama dengan kita dan Dia senantiasa menolong kita."
Orang ketiga yang ingin saya perkenalkan kepada saudara adalah Bpk. Matali, seorang tunanetra yang mata pencahariannya adalah sebagai tukang pijat. Walaupun dia buta, namun dia bisa bersyukur kepada Tuhan atas kondisinya dan giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.Istri dan ketiga anak yang dikaruniakan Tuhan kepadanya semuanya normal secara fisik dan rohani. Saat ini mereka tinggal di komplek Riung Permai Bandung. Kekuatan dan keteguhannya menjalani kehidupan merupakan pelajaran bagi kita supaya kita tetap bersyukur dan melakukan tugas yang diberikan Tuhan kepada kita dengan setia.
Jadi apapun masalahmu, jangan pernah menyerah !
Berdoalah dan minta kekuatan kepada Tuhan supaya kita mampu dan diberikan jalan keluar dari setiap persoalan. Tidak ada masalah yang terlalu besar yang tidak dapat diselesaikan.Tuhan akan menolong kita semua menjalani hari-hari di sepanjang umur hidup kita.
Dan satu hal yang pasti bahwa Tuhan tidak pernah terlambat menolong umatNya.
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu"1 Petrus 5:7
Billy Krisma Tambahani
Rabu, 07 Januari 2009
Seminar & Bakti Sosial
Pada tanggal 21 Oktober 2007, Yayasan Diakonia Internasional (d/h Diakonia Indonesia) telah mengadakan Seminar "Mengatasi Masalah Hidup" di Gereja Pantekosta di Indonesia Griya Bandung Asri, dengan pembicaranya Bpk. Billy Tambahani, selaku ketua yayasan. Dalam acara tersebut, diadakan juga pemutaran film tentang seorang yang terlahir dengan anggota tubuh yang tidak sempurna, namun mempunyai semangat hidup yang tinggi, dan tidak pernah menyerah dengan keadaannya. Film ini memberikan inspirasi bagi setiap orang yang menonton bahwa kita seharusnya bersyukur kepada Tuhan senantiasa dan jangan pernah mengeluh dengan keadaan kita dan selalu memiliki semangat tinggi untuk berjuang dalam kehidupan bersama Tuhan.
Gembala GPdI Griya Bandung Asri, Bpk. Pdt. Mecky Lengkey bersama istrinya yaitu Ibu Pdt. Feby Tendean bersama-sama dengan jemaat telah menerima dengan sukacita kehadiran tim yayasan. Dalam kesempatan tersebut, yayasan juga memberikan bingkisan bagi jemaat yang merupakan sumbangan dari para donatur. Kami sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah menolong sehingga acara tersebut dapat terlaksana dengan baik. Tujuan lain dari acara ini adalah menumbuhkan sikap kasih dan peduli kepada sesama khususnya anggota jemaat yang membutuhkan bantuan.
Focus On Giving:Di masa-masa yang sulit, kalau kita diberikan anugerah berkat kekayaan oleh Tuhan, maka hati nurani kita tidak dapat menolak dan berkata tidak untuk menolong ketika ada saudara kita yang hidup dalam kekurangan dan kemiskinan.
Sebab kita semua adalah sesama manusia yang diberikan kemampuan untuk mengasihi dan berempati dengan penderitaan orang lain.
Marilah kita saling memberi dan memperhatikan. Marilah kita saling mengasihi, karena Allah yang kita sembah adalah kasih.
Rahmat dan Karunia dari Tuhan Yesus Kristus beserta kita semua senantiasa. Amin.
Minggu, 04 Januari 2009
A HOPE IN THE "STORM"
People all over the world are facing many troubles nowadays. Many people are affraid of the global crisis that comes like a tsunami devouring the earth. We face so many difficult situations and circumstances and so often all those conditions make us complaining to God. We forget to thank Him for all good things God gave to us. I read a small book wrote by Joe Stowell and so blessed with that book and I want to share the main points with you with a hope that you will be strengthened and keeping your faith to Jesus.
"Pilots flying in a storm or in darkness quickly become disoriented and deceived by their senses. Pilots say that when they are flying without visibility, they can be flying in a tight circle while their senses assure them that they are going straight ahead. When a pilot becomes disoriented in this way, his body is telling him one thing and his instruments are telling him something completely different.To keep flying safely, he must rely on the instruments in his plane. Those instruments will tell him what is actually and absolutely true.What we know to be true when we're in trouble is the instrument panel that provides certainty regardless of how we feel.
People who are hurting have often told me,"I know what's true from the neck up, but somehow it doesn't make sense in my heart." We assume that if it only makes sense in our heads, it's not helpful. But it is. Part of the process of working through pain is learning to hang on to what we have from the neck up. When our hearts are broken and hurt, there won't seem to be a pipeline from brain to the emotions. That's okay. Just don't let go of what you know.That's the key to making it in the midst of difficulty. That's exactly when God's Word says, 'Consider it pure joy... because you know that..." (James 1:2-3). What can we know in the midst of trials? What are the reliable instruments that track ussuccesfully in the midst of difficulty? In James 1:3-4, the stabilizing truth is that we can know that "the testing of our faith produces endurance" and that we should "let endurance have its perfect result, so that we may be perfect and complete, lacking in nothing". James is saying that we can know that pain is a process with a purpose. That specific piece of knowledge will enable us to implement the joy response. There are at least six mental anchors in Scripture that give stability in the midst of trouble.
1. COMMONALITY
No temptation has seized you except what is common to man (1 Corinthians 10:13).You haven't been singled out by God to be the one individual in the history of the humanrace selected to experience a situation like this. There were others before you, and therewill be others after you.
2. BEARABILITY
First Corinthians 10:13 goes on to say,"And God is faithfull; He will not let you be tempted beyond what you can bear." That statement guarantees that God never gives us anything more than what we can bear. It's like the country road that has a sign posted before a bridge,"Load Limit 5 Tons." God, who knows our "load limit", limits the loadHe permits us to carry.
3. SUPERNATURAL OPTIONS
The third reality we can know for sure is that God has supernatural options available for delivering us from trouble. The closing portion of 1 Corinthians 10:13 says,"But when you are tempted, He will also provide a way out so that you can stand up under it."
4.GOD'S POWER
The fourth truth we know is that God's power is at work in our difficulty. Sometimes we see very little evidence of His work. Yet His power is busy at work for us.
5. GOD'S DIVINE SUPPORT
The fifth truth we can affirm in difficult times is the reality of God's divine support. His grace is His unmerited help to us. In trouble, it will be there. How much? Is there a problem that is bigger than the reservoir of God's grace? The answer is no. That's why Paul said," God's grace is sufficient."
6. A PROCESS WITH A PURPOSE
The sixth principle we can count on during times of difficulty is that God uses trouble as a process with a purpose in our lives. God never wastes our sorrows. Any pain He permits is to be used by Him as a process with a purpose.
I hope The Holy Spirit will help you to understand and to see your problem in the angle of God's view. You will understand at last that God supports you and all the trouble is a process for us to rise up to higher level in life.
(Billy K. Tambahani)
Email: diakonia@ymail.com
"Pilots flying in a storm or in darkness quickly become disoriented and deceived by their senses. Pilots say that when they are flying without visibility, they can be flying in a tight circle while their senses assure them that they are going straight ahead. When a pilot becomes disoriented in this way, his body is telling him one thing and his instruments are telling him something completely different.To keep flying safely, he must rely on the instruments in his plane. Those instruments will tell him what is actually and absolutely true.What we know to be true when we're in trouble is the instrument panel that provides certainty regardless of how we feel.
People who are hurting have often told me,"I know what's true from the neck up, but somehow it doesn't make sense in my heart." We assume that if it only makes sense in our heads, it's not helpful. But it is. Part of the process of working through pain is learning to hang on to what we have from the neck up. When our hearts are broken and hurt, there won't seem to be a pipeline from brain to the emotions. That's okay. Just don't let go of what you know.That's the key to making it in the midst of difficulty. That's exactly when God's Word says, 'Consider it pure joy... because you know that..." (James 1:2-3). What can we know in the midst of trials? What are the reliable instruments that track ussuccesfully in the midst of difficulty? In James 1:3-4, the stabilizing truth is that we can know that "the testing of our faith produces endurance" and that we should "let endurance have its perfect result, so that we may be perfect and complete, lacking in nothing". James is saying that we can know that pain is a process with a purpose. That specific piece of knowledge will enable us to implement the joy response. There are at least six mental anchors in Scripture that give stability in the midst of trouble.
1. COMMONALITY
No temptation has seized you except what is common to man (1 Corinthians 10:13).You haven't been singled out by God to be the one individual in the history of the humanrace selected to experience a situation like this. There were others before you, and therewill be others after you.
2. BEARABILITY
First Corinthians 10:13 goes on to say,"And God is faithfull; He will not let you be tempted beyond what you can bear." That statement guarantees that God never gives us anything more than what we can bear. It's like the country road that has a sign posted before a bridge,"Load Limit 5 Tons." God, who knows our "load limit", limits the loadHe permits us to carry.
3. SUPERNATURAL OPTIONS
The third reality we can know for sure is that God has supernatural options available for delivering us from trouble. The closing portion of 1 Corinthians 10:13 says,"But when you are tempted, He will also provide a way out so that you can stand up under it."
4.GOD'S POWER
The fourth truth we know is that God's power is at work in our difficulty. Sometimes we see very little evidence of His work. Yet His power is busy at work for us.
5. GOD'S DIVINE SUPPORT
The fifth truth we can affirm in difficult times is the reality of God's divine support. His grace is His unmerited help to us. In trouble, it will be there. How much? Is there a problem that is bigger than the reservoir of God's grace? The answer is no. That's why Paul said," God's grace is sufficient."
6. A PROCESS WITH A PURPOSE
The sixth principle we can count on during times of difficulty is that God uses trouble as a process with a purpose in our lives. God never wastes our sorrows. Any pain He permits is to be used by Him as a process with a purpose.
I hope The Holy Spirit will help you to understand and to see your problem in the angle of God's view. You will understand at last that God supports you and all the trouble is a process for us to rise up to higher level in life.
(Billy K. Tambahani)
Email: diakonia@ymail.com
Langganan:
Komentar (Atom)
